ASMAR : Sosok Komplit dan Visioner

ASMAR, lahir dan menghabiskan masa kecilnya di wilayah ujung utara Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di sisi timur danau Matano, kota kecil Sorowako yang indah.

Bersekolah di SDN dan SMP Negeri Nuha kabupaten Luwu. Kemudian melanjutkan pendidikan pada Sekolah Teknik Menengah Atas di Makassar, seiring dengan perpindahan tugas orang tuanya ke kota ini. Selulus dari STM, Asmar melanjutkan studi ke Universitas Muslim Indonesia mengambil jurusan Teknik dan Manajemen Industri pada Fakultas Teknologi Industri.

Semasa kuliah, Asmar banyak terlibat dalam kegiatan extra kampus. Asmar juga bergabung dalam organisasi Mahasiswa Pecinta Alam dan terus aktif dalam kegiatan kepencita-alaman hingga ia menamatkan pendidikan S1 pasca era reformasi 1999. Disaat aktif beraktifitas di NGO, Asmar melanjutkan jenjang pendidikan S2 pada Program Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.

Asmar tumbuh dalam dunia pergerakan di Sulawesi Selatan. Di penghujung akhir studinya di UMI, Asmar bergabung dalam aliansi mahasiswa yang terlibat aktif melakukan advokasi pada sebuah perusahaan perusak hutan di wilayah adat Seko-Rampi, Kabupaten Luwu. Sejak menamatkan pendidikan S1, Asmar kemudiaan bergabung menjadi relawan pada organisasi lingkungan yang cukup besar di Indonesia, yakni Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan.

Asmar kemudian berkenalan dengan banyak jaringan organisasi dan aktivis dari seluruh Indonesia yang mendedikasikan hidupnya guna mendorong terjadinya perubahan sosial bagi terwujudnya kesejahteraan rakyat dan lingkungan hidup yang lestari.

Dalam aktifitasnya sebagai penggiat lingkungan, sejak bergabung di NGO diawal 2000-an, Asmar bersama kawan-kawannya telah melakukan serangkaian kerja kampanye penyelamatan hutan, mendorong penegakan hukum serta turut memberikan konstribusi pada upaya perbaikan tata kelola hutan. Asmar kemudian bergabung dalam satu jaringan nasional organisasi yang bekerja fokus pada sektor kehutanan Jaringan Pemantau Independen Kehutanan(JPIK) yang berbasis di Bogor, Jawa Barat. Untuk wilayah Sulsel, Asmar merupakan Focal Point JPIK sejak tahun 2010-2014 dan kemudian terpilih sebagai anggota Dewan Kehormatan periode 2018-2020.

Pada awal 2000an, publikasi terkait permasalahan lingkungan dan sumber daya alam masih sangat minim di Sulsel. Asmar kemudian bersama beberapa aktivis NGO dan jurnalis mendirikan satu organisasi yang bekerja fokus pada kampanye lingkungan dan pembelaan hak masyarakat adat yakni perkumpulan JURnaL Celebes. Lembaga ini kemudian intens melakukan pengembangan media alternatif dan peningkatan kapasitas jurnalis dalam konteks advokasi lingkungan dan tetap eksis hingga saat ini.

Kerusakan lingkungan juga membawa dampak lain yakni kerawanan wilayah masyarakat terkait dengan ancaman bencana ekologis berupa banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran serta cuaca ekstrim. Guna mengantisipasi ancaman bencana, pada tahun 2008, Asmar dan kawan-kawannya di Jurnal Celebes kemudian menggagas lahirnya forum masyarakat penanggulangan bencana di kota Makassar dan beberapa kabupaten di Sulsel. Mendorong lahirnya platform kebijakan pengurangan risiko bencana di daerah serta memperkuat kapasitas parapihak dalam pengelolaan risiko bencana.

Sejak menjadi relawan di WALHI, Asmar telah aktif belajar dan terlibat dalam proses-proses advokasi kebijakan tata ruang bersama jaringan NGO Sulsel, nasional serta masyarakat akar rumput. Aktif memetakan wilayah adat dan wilayah-wilayah kelola masyarakat. Berupaya membantu masyarakat mempertahankan hak kelola mereka pada lahan yang telah digarap secara turun temurun. Melakukan advokasi kebijakan tata ruang yang lebih makro menjamin perlindungan hak atas ruang masyarakat serta kelestarian lingkungan. Disisi lain, Asmar juga aktif terlibat dalam advokasi industri pertambangan dan perkebunan sawit yang mengancam wilayah kelola rakyat pada beberapa kabupaten di Sulsel.

Dalam suatau kesempatan Asmar mengatakan “ruang hidup kita itu terbatas, lahan dan sumber daya kita terbatas, sedangkan kita manusia terus bertambah bertumbuh dan berkembang, untuk itu pengaturan sumber daya alam dan ruang hidup kita haruslah dikelola secara adil dan berkelanjutan”.

Tidak hanya terkait persoalan lingkungan, Asmar juga kemudian bergabung dalam gerakan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) dalam perjuangan mewujudkan agenda reforma agraria di Indonesia, terkhusus di Sulsel. Hingga pada periode tahun 2007-2014 Asmar terpilih menjadi salah seorang presidium KPA wilayah Sulsel. Dalam paruh waktu itu, Asmar banyak terlibat membela kepentingan petani dan masyarakat adat dalam memperjuangkan hak atas tanah mereka. Mendorong penyelesaian konflik agraria serta mengawal agenda reforma agraria di Sulsel.

Dalam periode tahun 2014-2018, Asmar terpilih menjadi direktur eksekutif WALHI Sulsel. dalam kepemimpinannya, Asmar mencanangkan pentingnya penyelamatan bentang alam kawasan ekosistem karst Sulsel yang telah lama ter-eksploitasi dan mengalami kerusakan skala masif. Selain itu juga mendorong perhatian pada upaya perlindungan dan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau kecil. Mendorong lahirnya kebijakan yang mengakomodir perlindungan lingkungan pesisir serta hak-hak nelayan, masyarakat adat dan masyarakat pesisir serta pulau kecil. Di akhir masa tugasnya di WALHI Sulsel, Asmar juga turut menggagas agenda perlindungan rimba terakhir di Sulawesi Selatan dimana memfokuskan pada upaya penyelamatan hutan alam yang masih tersisa di dataran tinggi Sulsel khususnya diwilayah dataran tinggi Verbeck dan Quarles.

Dalam bidang penguatan demokrasi, Asmar tercatat sebagai salah seorang fasilitator tetap Sekolah Demokrasi Gowa (SDG) sejak tahun 2014-2016. Sekolah ini dikembangkan oleh Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat bekerja sama dengan Komunitas Demokrasi Indonesia. Sekolah ini merupakan sarana belajar tentang demokrasi, HAM, legislasi, kebijakan publik, gender dan gerakan sosial untuk masyarakat dari berbagai unsur seperti politisi, ASN/PNS, aktivis NGO, mahasiswa, ormas dan lain-lain

Slash, demikian kawan-kawan mengenalnya. Kini ia maju sebagai calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI nomor urut 26 dari Dapil Sulawesi Selatan. Slash memutuskan maju bukan tanpa alasan. Ia jenuh dengan kepongahan sistem yang menindas rakyat, dengan menjadi DPD RI adalah salah satu instrumen perjuangan untuk mengubah wajah pongah itu. Berbekal totalitas pengabdian sejak lama, Slash yakin akan memenangkan pertarungan.

#PolitisiAMAN #MenangkanCalegAMAN #Pileg2019

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*